Entri Populer

Sabtu, 08 Oktober 2011

Seorang Ayah dan Anaknya


Seorang bocah mengisi waktu luang dengan kegiatan mendaki gunung bersama ayahnya. Entah mengapa, tiba-tiba si bocah tersandung akar pohon dan jatuh. “Aduhh!” jeritannya memecah keheningan suasana pegunungan. Si bocah amat terkejut, ketika ia mendengar suara di kejauhan menirukan teriakannya persis sama, “Aduhh!”Dasar anak-anak, ia berteriak lagi, “Hei! Siapa kau?” Jawaban yang terdengar, “Hei! Siapa kau?” Lantaran kesal mengetahui suaranya selalu ditirukan, si anak berseru, “Pengecut kamu!” Lagi-lagi ia terkejut ketika suara dari sana membanya dengan umpatan serupa. Ia bertanya kepada sang ayah, “Apa yang terjadi?”Dengan penuh kearifan sang ayah tersenyum, “Anakku, coba perhatikan.” Lelaki itu berkata keras, “Saya kagum padamu!” Suara di kejauhan menjawab, “Saya kagum padamu!” Sekali lagi sang ayah berteriak “Kamu sang juara!” Suara itu menjawab, “Kamu sang juara!” Sang bocah sangat keheranan, meski demikian ia tetap belum mengerti. Lalu sang ayah menjelaskan, “Suara itu adalah GEMA, tapi sesungguhnya itulah KEHIDUPAN.”Kehidupan memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakanmu. Dengan kata lain, kehidupan yang kita dapat adalah sebuah pantulan atas tindakan yang kita perbuat. Bila kamu ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ciptakan cinta di dalam hatimu. Bila kamu menginginkan tim kerjamu punya kemampuan tinggi, maka tingkatkan kemampuanmu. Hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang telah kau berikan kepadanya. Ingat, hidup bukan sebuah kebetulan tapi sebuah bayangan dirimu.

Keistimewaan Al-Qur’an


Banyak hal dalam al-qur’an kalo di hitung-hitung, bakal habis di bagi oleh angka 19. Misalnya aja kata-kata “ bismillahirrahmanirrahim”, kata itu terdiri dari 19 huruf lho !
Pak quraish shihab menyatakan bahwa jumlah bilangan dari kalimat Bismillah yang terdapat dalam al-qur’an, walaupun berbeda beda semunya habis di bagi angka 19.
-          Kata “ism” dalam al-qur’an di sebut 19 kali
-          Kata “Allah” di sebut 2.689 kali dan itu kan perkalian 142 x 9
-          Kata “Ar-rahman” di sebut 57 kali, itu sama aja 3 x 19
-          Kata “Ar-rahim” di sebut 114 kali alias 6 x 19
Dari sini, kita bisa ambil kesimpulan bahwa angka 19 itu jadi semacam “internal protector” lah bagi Al-Qur’an.

Bonus membaca Al-qur’an
Di hari pengadilan nanti, al-qur’an bakal menjelma menjadi mahluk berjasmani dan ruhani, serta bisa menjadi salah satu pihak yang bakal memberi pembelaan terhadap mereka yang suka membaca al-qur’an . syafaat rasulullah dan para syuhada juga bisa mengajukan pembelaan terhadap orang-orang yang di kehendaki Allah.
Dengan catatan izin Allah…
Bagi orang yang nggak lancar baca al-qur’an, sedangkan ia bersusah ayah mempelajarinya akan mendapat pahala 2x lipat.
Nabi saw bersabda bahwa iri hati itu nggak di bolehkan, kecuali terhadap 2 hal :
1.       Seseorang yang di karuniai Allah kemampuan membaca Al-qur’an dan dia terus-menerus membacanya siang dan malam
2.       Seseorang yang di beri harta banyak oleh Allah dan membelanjakannya siang dan malam di jalan Allah

Jangan sombong tentang tafsir Al-Qur’an , apalagi sanpe bilang “ini lho, tafsiran saya yang paling benar tentang al-qur’an !”. paling banter Cuma boleh ngomong. “ inilah pandangan al-qur’an sejauh pemahaman gue!”
Pengetahuan tentang makna hidup, arti hidup, tujuan kenapa kita di ciptakan, dsb. Kalau kita tau pengetahuan soal-soal begini, kita termasuk orang cerdas juga ! namanya “kecerdasan eksistensial”
Kecerdasan eksistensial  ini di ungkap oleh Hordwar Gardner, di sebut sebagai “kecerdasan ke Sembilan” melengkapi 8 kecerdasan yang telah ia kemukakan sebelumnya. Kecerdasan ke-9 ini pada prinsipnya mengetahui pertanyaan-pertanyaan dasar kehidupan seperti, siapa diri kita ? apakah hidup ini ? mengapa ada kejahatan ? akan kemana umat manusia ? apa arti hidup yang bermakna itu ? nggak perlu jauh-jauh jadi filsuf untuk menemukan jawaban atas hal-hal  semacam itu karena Alhamdulillah jawabannya bertebaran di Al-qur’an !
Misalnya aja, pertanyaan tentang “siapa diri kita”. Jawaban al-qur’an kan simple, tapi penuh makna. Pada dasarnya, kita ini semua hamba Allah, sekaligus punya misi khalifatullah. Kita datang dari Allah dan hidup di muka bumi juga, bukan asal melek gak ada misi ! nantinya kita bakal kembali kepada Allah !
Sebagai hamba Allah, semua aktivitas hidup kita musti punya makna. Coz tujuan kita mengabdi dan mencari ridli Allah. Nah saat yang sama, kita di minta untuk jadi wakil-Nya, khalifah-Nya di muka bumi ini. “ARTINYA” kita haris ikhtiar sekuat tenaga untuk jadi pemakmur bumi, dengan nama lain, kita ini sebetulnya wakil-Nya yang bertugas menebarkan kasih saying Allah di bumi.
Jawaban Al-qur’an adalah..
1.       Adanya kebaikan itu karena kejahatan juga
2.       Kita sering banget ngerasa bahwa kalau hidup banyak mengalami hal-hal yang ga enak,
( kebaikan dan keburukan adalah cobaan dari Allah)
Salah satunya surat al-anbiya:35 “ tiap-tiap yang berjiwa akan merasa mati. Kami akan menguji kam dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan dan hanya kepada Kami lah kamu di kembalikan.
Nb :
-          Buka surah ke 42, surah asy-syura’ : 29
Ata ( presenter idol percaya kalau ada ufo di luar bumi. Menurutnya, dia percaya salah satu dasarnya karena di al-qur’an emang di bilang ada isyarat itu.
-          Dalam al-qur’an kata-kata “ hari “ dalam bentuk tunggal (yaum) di sebut 365 kali ( jumlah hari dalam satu tahun )

Jumat, 07 Oktober 2011

Sebuah Cermin Bernama Sajak


Sajak bukanlah angka-angka konstan atau dunia ilmiah dengan aturan-aturan ketat yang mengikat manusia di dalamnya. Pekerjaan seorang penyair, bukanlah menata fakta-fakta yang ada untuk mengkristalkannya ke dalam konsep-konsep baku, guna matematika atau matematis maupun fisika.  Pekerjaan itu adalah reinterprestasi terhadap fakta-fakta, kemudian merumuskan persoalan-persoalan itu dengan sangat subjective ke dalam rumusan-rumusan yang bukan sebuah rumusan konstan.
Artinya, ketika seseorang menulis puisi ia tidak sedang menulis puisi melainkan tentang sesuatu yang akan di rumuskan dalam bentuk puisi. Pada tataran ini, subjektivisme telah di dewakan. Namun objektivitas tidak bisa di abaikan. Sebab, karya seni merupakan relasi antara subjektivitas dan objektivitas, individualitas dan universalitas. Dan relasi itu, kelak berakhir menjadi dua kekuatan : yaitu kerendahan hati dan kesombongan